Skip to main content
  • Roma 8:18-30
    Allah selalu terlibat dalam kehidupan kita. Kebaikan-Nya dalam ayat ini bukan berarti akan membuat kita jauh dari sakit-penyakit, mara bahaya, atau yang lainnya. Tapi bagaimana keterlibatan Allah di dalam segala situasi dan kondisi yang kita jalani. Dalam situasi dan kondisi apa pun kita tetap dapat memancarkan kemuliaan Tuhan karena kita melibatkan Allah dalam segala aspek kehidupan kita. Sesuai tujuan Allah, kita diciptakan untuk memuliakan dan menyenangkan hati Tuhan. Pikiran kita harus dipenuhi dengan pikiran Tuhan sehingga tujuan Allah tergenapi dalam hidup kita.
  • Roma 7:13-25
    Perilaku yang dilihat dari segi motivasi, tujuan, dan cara yang tidak sesuai dengan apa yang Allah perintahkan/tidak sesuai standar Allah disebut dosa. Kita tidak bisa melakukan hukum Taurat bersandarkan pada kekuatan kita, namun dengan pertolongan Roh Kudus akan menolong kita dalam berinteraksi dengan Firman Tuhan dan hukum Taurat. Dengan karya penebusan Tuhan, kehidupan kita saat ini dipulihkan oleh Allah sehingga kehidupan kita bisa mencerminkan citra/gambaran diri Allah. Bila kita tetap berinteraksi dengan hukum-Nya dan taat pada pimpinan Roh Kudus, Dia akan mengingatkan kita akan hal-hal yang tidak berkenan kepada Tuhan.
  • Roma 7:1-12
    Kita diselamatkan bukan karena melakukan hukum Taurat, melainkan karena iman di dalam anugerah Tuhan. Setelah diselamatkan, seharusnya perspektif/paradigma kita harus berubah, yakni kita mau hidup dengan cara Tuhan dan berusaha menyenangkan hati Tuhan. Kita mau melakukan hukum Taurat bukan untuk mendapat upah melainkan karena kita mau bersyukur untuk anugerah keselamatan yang telah kita peroleh dengan cara menaati perintah Tuhan.
  • Roma 6:15-23
    Apa arti penebusan yang Tuhan lakukan untuk kita? Setiap manusia yang jatuh di dalam dosa, sudah hidup jauh dari standar Tuhan. Kalau kita hidup tidak menurut aturan Tuhan, hukumannya adalah kematian (Roma 6:23). Karena karya penebusan Tuhan Yesus atas diri kita, seharusnya hidup kita sesuai kehendak Tuhan dan tidak boleh hidup seenaknya sesuai dengan keinginan kita sendiri.
  • Keluaran 20:3; Matius 22:37-38
    Sebelum manusia jatuh dalam dosa, maka secara totalitas manusia hidup sangat bergantung pada Allah. Manusia harus tahu bagaimana menempatkan diri di hadapan Tuhan. Kita diciptakan dengan kebergantungan yang mutlak terhadap Allah. Itulah sebabnya kita harus memperlakukan Allah sebagaimana Allah seharusnya diperlakukan. Saat kita menempatkan diri sendiri dan bukan Allah dalam hidup kita, sebenarnya kita yang menjadi ilah lain dalam hidup kita. Setiap detik dalam hidup kita, biarlah kita menjadikan Allah segala-segalanya dalam hidup kita.

DAFTAR KHOTBAH AUDIO (Download dari Indonesia)


Berikut adalah daftar ringkasan khotbah Pdt. DR. Rahmiati Tanudjaja yang bisa Anda download dari Indonesia (lebih cepat di-download). Di dalamnya tersedia file audio yang "kecil" dengan bitrate 16 kbps, yaitu yang hanya berisi khotbah saja tanpa lagu pujian. Tersedia juga yang "medium" dengan bitrate 48 kbps yang berisi khotbah dan lagu pujian. Silakan pilih yang Anda suka.

Jika Anda mendownload dari luar Indonesia, kami sediakan audio yang berukuran lebih besar, silakan klik halaman: DAFTAR KHOTBAH AUDIO (Download dari luar Indonesia).

Kode Judul Ringkasan Nats Alkitab
R 021 Hukum X Kata jangan mengingini berarti kita tidak boleh menghendaki apa yang bukan milik/porsi/hak kita. Pelanggaran hukum ini bisa mengakibatkan pelanggaran pada hukum-hukum lainnya. Melanggar hukum ini dapat merusak keadaan masyarakat dan sikap kita terhadap manusia. Keluaran 20:1-17 (Keluaran 20:17); 2 Samuel 11; Matius 6:25-34
R 021 Kesimpulan Kesepuluh Hukum Hukum Taurat diberikan atas dasar kasih karunia yang sebenarnya tidak layak kita terima. Tujuan seluruh Hukum Taurat diberikan: Pertama, melalui hukum ini kita belajar apa yang Tuhan kehendaki untuk dilakukan oleh umat-Nya baik terhadap Tuhan, diri sendiri maupun sesama. Kedua, melalui kesepuluh hukum ini kita belajar bahwa inilah yang harus menjadi cara hidup kita. Ketiga, Tuhan menghendaki kita melakukan kesepuluh hukum ini karena pelanggaran terhadap satu hukum berarti pelanggaran terhadap keseluruhannya. Keluaran 20; Roma 2:12; Keluaran 30:34-38
R 022 Apa Jadinya bila Iman Tidak Disertai Rasa Takut kepada Tuhan? Bangsa Israel tidak mempunyai iman yang benar sekalipun mereka telah menyaksikan kehebatan Tuhan. Iman yang benar tidak lahir begitu saja kalau bukan Tuhan yang menanamkan dan kalau kita tidak mau belajar dengan baik untuk mengenal Dia. Iman yang menyelamatkan itu harus diisi dengan pengenalan akan Tuhan sehingga tindakan kita dapat dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Keluaran 32:1-35
R 022 Apa Artinya Hidup Takut kepada Tuhan? Bagaimana iman yang benar? Iman yang telah menyelamatkan kita seharusnya diikuti dengan buah-buah perbuatan yang sesuai dengan iman itu, yakni kehidupan serupa Kristus. Allah tidak ingin kita memiliki ketakutan pada Allah seperti yang ada pada Iblis. Ketakutan kita pada Allah seharusnya membawa pada sikap penaklukkan pada Allah. Ketakutan kita harus membuat kita memiliki rasa hormat pada Tuhan, sehingga kita takut menyakiti hati Allah. Keluaran 20:18-21; Yakobus 2:14-26
R 023 Bagaimana Seharusnya Kita Bersikap terhadap Sesama? Hukum mengasihi Allah dan sesama merupakan rangkuman dari seluruh hukum yang diberikan. Firman Tuhan mengajarkan agar kita memanusiakan diri dan orang lain seperti yang Tuhan rencanakan. Yakni, tidak lebih tinggi dari yang seharusnya dan juga tidak lebih rendah dari yang seharusnya. Sehingga pada saat Tuhan memberi peraturan tentang budak, sama sekali tidak mempunyai pengertian bahwa manusia yang satu boleh memperlakukan manusia yang lain semena-mena. Itulah sebabnya Tuhan menjelaskan hak-hak seseorang. Sesama kita tidak bergantung pada etnis, agama, atau apa pun. Keluaran 21:1-11; Matius 22:37
R 023 Bagaimanakah Sikap Kita di Dalam Menghadap Tuhan? Allah datang menemui manusia dalam wujud hal-hal yang spektakuler, tujuannya adalah di dalam menghampiri-Nya, kita memiliki rasa takut agar kita tidak berdosa di hadapan-Nya. Allah yang menentukan bagaimana seharusnya kita menghadap Dia, yakni Tuhan menghendaki kekudusan-Nya tidak dilecehkan. Keluaran 20:18-26; 23:24, 25
R 024 Bangsa Israel: Saat Musa di Gunung Sinai Kehidupan bangsa Israel setelah keluar dari Mesir memang tidak selalu diwarnai dengan kesetiaan pada Tuhan, tetapi mereka masih terus bergumul dengan kedagingan mereka. Dan Musalah yang selalu mengingatkan. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa bangsa ini sangat bergantung pada kepemimpinan Musa. Karena itu saat mereka tidak melihat Musa, mereka langsung berpaling dari Allah. Musa yang bergaul dan bergumul dengan Allah sehingga saat Musa tidak ada, mereka menjadi kosong. Bahaya sekali bila kita membiarkan kehidupan rohani kita bergantung pada orang lain. Keluaran 32:1-6
R 024 Musa Memohon Penyertaan Tuhan Tuhan tidak menghendaki kita mengikut Dia karena takut dihukum. Sebab kehidupan rohani yang demikian akan mudah jatuh bangun. Musa mengikut Tuhan karena ia menyadari dengan sungguh bahwa ia tidak mempunyai kekuatan dan kemampuan bila Tuhan tidak menyertainya. Tuhan menghendaki kita memiliki dasar yang benar dalam mengikut Dia, yakni kasih karunia. Pengorbanan Yesus di kayu salib harus menjadi dasar kasih kita mengikut Dia. Apa arti penyertaan Tuhan? Penyertaan Tuhan tidak berarti bahwa kita dilepaskan dari semua masalah, melainkan Tuhan menjanjikan penghiburan, kekuatan. Dia sungguh peduli dan mengasihi kita. Keluaran 32: 30-35; 33:1-23; Filipi 4:10-13
R 025 Pendahuluan Khotbah di Bukit Tuhan Yesus memulai pengajaran-Nya dengan kata 'berbahagialah' dan 'bersukacitalah' yang merupakan satu berita pengharapan yang pasti bagi umat-Nya di dalam menghadapi kesulitan dan segala pergumulan dalam dunia ini. Di sini Tuhan juga mengajarkan akan status kita sebagai garam dan terang dunia di situasi apa pun. Firman Tuhan diberikan kepada kita agar kita bisa hidup sesuai dengan tujuan Allah menciptakan kita karena kelak kita akan dihakimi oleh pencipta kita. Matius 5-7
R 025 Khotbah di Bukit Kita harus menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja. Bahaya pelaku firman bukan terletak pada perasaan atau kerinduan untuk menyenangkan hati Tuhan, tetapi terletak pada keinginan untuk dipuji orang. Orang Farisi/ahli Taurat pada masa itu berpikir ada tiga kewajiban agama yang harus mereka lakukan: memberi sedekah, berdoa, berpuasa. Dan bagi mereka, apa yang dilakukan harus tampak secara lahiriah sehingga orang lain yang melihat bisa mengatakan bahwa mereka orang benar. Padahal tidak selalu demikian. Dalam praktik melakukan kewajiban agama ini, orang Farisi dan ahli Taurat terjebak dalam pemenuhan kewajiban agama sebagai bentuk suatu sikap untuk pamer, dan bukan lagi memperhitungkan sikapnya untuk menyenangkan hati Tuhan sebagai wujud ucapan syukur atas kasih karunia Allah. Matius 6:1-18